Mading AFIIQ Meriah Dan Terarah

Senin, 18 April 2011

demi sebuah kwalitas yang mengancam

afiiq adisi agustus
Oleh: el-rozie

Belakangan ini seringkali media-madia baik tayangan tlevisi swasta ataupun madia cetak lainnya menghadirkan acra demi
acara yang acapkali menyangkut kpribadian dan privasi orang
lain, dibingkai dalam satu nuansa infotaimen atau berita khusus yang termaktub dalam feature koran atau majalah. Yang tujuan-
nya adalah tidak lain demi sebuah kwalitas.

Wartawan seringkali terlalu mendramatisir dalam meng-aktualkan sebuah fenomena dan tanpa pertimbangan yang baik.
Sikap frivolitas wartawan semestinya mendapat perhatian khusush bagi kita trutama kalangan santri, yang notabene-nya adalah amelioratif.
Para remaja masa kini yang rusak mentalnya, tidak terjaga iman dan relegiusnya.


Lantas memiliki kebiasaan hidup yang menjauhkan dari Allah SWT dan nilai-nilai Norma lainnya. Semua itu kebanyakan hanya karna pembodohan Sinetron dan infotaiment lainnya yang tidak mendidik.
Ariel, adalah salah satu contoh dari sekian banyak kasus yang telah menebar luas. Tak heran acapkalikita mendengar nama Ariel… Ariel .... Sebagai sindiran ataupun hanya sebatas ekoprasia atau hanya nge-
rumpikan Nama yang melejit dengan salah satu lagunya: mimpi yang sempuna itu.

Kas-kus ini bukan ablatif yang kit jumpai dari sekian banyak berita yang menyangkut privasi orang lain. Dan nampaknya sudah tidak asing lagi bagi masyarakat trutama kalangan kaula muda. Tak hanya mereka yang hidup di luar lingkaran agamis bahkan di area pesanternpun tidak ketinggalan informasi, yang secara sembunyi-sembunyi ikut membenarkan meski
hanya sebatas praduga saja.

Fenomena ini layaknya penyakit kanker yang menjangkit organ masyarakat kita hingga ke pori-pori yang belum termaktub dalam buku catatan dokter.

Jika ditanya, Ariel??? Ya!!! Begitulah mungkin jawaban mereka.
Parahnya lagi anak yang baru belajar membacapun paham dengan hal itu, entah karna sering menonton televisi atau karna lingkungan.
Siapa yang salah dan seharusnya disalahkan??

Islam tentu memperhatikan hal-hal semacam ini, baik melalui fase fan Fiqh yang berorientasi pada hukum-hukum dhahiri-yah

ataupun fan-fan tashawuf ya ng membahas tentang hukum yang menyangkut pada hati dan perasaan, yang pada intinya semua berita yang menyangkut pribadi orang lain itu, semuanya bermuara pada Ghibah/ menggunjing kejelekan
–kejelekan orang lain (jawa:Ngerasani)
Dan itu tidak diperbolehkan.
Sebagaimana Fatwa MUI (majlis Ulama Indonesia) yang meng-haramkan menonton Infotaiment. Meski keputusan semacam menurut pandangan kami kurang Pas (alasan:karna tidak perlu dan sudah jelas haramnya)

Meski Fiqh terkenal dengan budaya lentur, (menyesuaikan kondisi) namun dalam permasalahan ini tidak ada toleransi kecuali hanya ter-kotakkan dalam hal: Jika demi sebuah Contoh.

Adanya pengakuan dari Badan Ahli Telematika, dan bukti-bukti penelitian polisi secara digital, namun apakah pada era yang serba- kemungkinan ini, Video bisa dijadikan barang bukti?? Itu mungkin pertanyaan kita. Sebatas aleksi dari pemahan abtrak aoutor, bahwa Laust/ qorinah (pertanda) yang kuat, itu membutuhkan bukti secara Verbal. Artinya diharuskan adanya pengakuan langsung dari tertuduh itu sendiri.
Kalau tidak siap-siaplah menjadi tertuduh pelaku Qadzaf( menuduh orang berzinah) yang dalam Islam harus diberi sanksi!!!

Wacana solusi
Damapak negatif yang begitu signifikan oleh berita-berita yang beredar, tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan untuk merubahnya. Apalgi formulasi Ghibah, sudah menjadi kanker di Negri ini.
Kanker berkembang biak dengan abnormal, menjangkit semua aspek kehidupan yang sudah barang tentu akan menjadi ancaman kematian dan degenerasi moral trutama dikalangan remaja.

Solusi yang efektif dari analisis kami adalah: perlunya memberikan obat-obat Farma anti oksigen tinggi ataupun globulin pada generasi selanjutnya.
Mungkin itulah salah satu cara anastomatis , demi membatasi pergrakan ketidak setabilan atau diskuilbritas itu, meski tidak dapat dpat disangkal lagi bahwa generasi itupun sudah terjangkit pola hidup yang mengandung kanker.

Peran pesantren yang dewasa ini diandal-andalkan membentengi moral masyarakat sudah seharusnya lebih memahami, cekat dan bijaksan dalam menanggapi persoalan ini, dengan di adakannya filtrasi pada berita-berita luar yang masuk, agar tercipta suata lingkungan yang kondusif.
Disamping itu pesantren harus menyediakan farma dan memberikan Vitamin jiwa spritual agar terpatri sebuah perinship hidup dan tidak mudah tergoyahkan dengan isu-isu yang meresahkan. Wallohu a`lam (*)


Pendukung referensi:
Al-majmu`, juz 20 hal.209,211,214
Al-majmu` syarahil muhadzab juz 15 hal.200
Asnal mathalib juz 20 hal.313
Kitab matan abi syuja` juz 1 hal. 25
Hasyiyah al-bujairomy alal-khathib juz 12 hal.120
Hasyiyatul-jamal alal-Minhaj juz 20 hal.601
Koran surya
Koran jawa-pos

Tidak ada komentar:

Sumber: http://eltelu.blogspot.com/2012/03/cara-memasang-custom-google-translate.html#ixzz2ErfvM2Di